Koran dan Teknologi
Perkembangan dari media
diawali dengan munculnya media cetak. Inovasi teknologi media memunculkan
persaingan yang mengakibatkan perkembangan teknologi komunikasi dan informasi.
Hal ini ikut menbawa perubahan social masyarakat. Perkembangan teknologi media
juga ikut mempengarui format atau bentuk-bentuk yang muncul dari media massa.
Misalnya dalam bidang periklanan. Dahulu, ketika tenologi media cetak belum
berkembang, suatu produk iklan dibuat hanya dengan menggunakan teknologi mesin
tik. Sedangkan gambar-gambar pada produk iklan dibuat secara manual, hanya
dengan menggunakan pena.
Namun, perkembangan
teknologi saat ini sudah semakin maju, sehingga memudahkan orang untuk membuat
iklan secara alternative. Dengan menggunakan teknologi computer, produk iklan dapat
didesain dengan menggunakan grafis dan dicetak meggunakan printer. Perkembangan
teknologi media cetak berkaitan dengan perkembangan media cetak itu
sendiri.
Perkembangan teknologi
media cetak memang telah membawa dampak yang positif dengan memudahkan
masyarakat dalam memperoleh informasi. Namun, muncul masalah baru, ideology
liberalisme yang berkembang melahirkan adanya freedom of the press, preedom of
the speech, dan freedom of expression. Dengan demikian isi media itu
sulit untuk dikontrol.
Era digitalisasi thn
2000-Sekarang ditandai dengan berkembang pesatnya internet. Perkembangan
internet ditandai dengan lahirnya surat kabar digital melalui
media website di internet. Pelopornya adalah detik.com. Tak
lama kemudian, lahirlah surat kabar digital
lainnya: beritanet.com,kompas.com, tempo.co.id, antara.com, dan
lainnya.
Bahkan, orang pribadi
pun bisa membuat surat kabar digital sendiri melalui
media blogger.com atau wordpress.com. Ada prediksi yang
mengatakan bahwa kehadiran surat kabar digital akan menghilangkan surat kabar
fisik. Isu efisiensi sumber daya alam mendukung prediksi tersebut. Dan faktanya
sudah terjadi di Amerika Serikat, perusahaan media Settle
Post menutup operasional surat kabar fisiknya dan lebih memilih beroperasi
melalui surat kabar digital.
Geliat surat kabar
digital tersebut menimbulkan kekhawatiran Dahlan Iskan, pimpinan media Jawa Pos
Grup. Menurut Dahlan, secara bisnis, surat kabar digital sangat tidak
menguntungkan dibandingkan surat kabar fisik. Dia kemudian mencontohkan detik.com yang
laba bersihnya sebulan hanya mencapai ratusan juta rupiah, sangat jauh
dibandingkan surat kabar fisik yang mencapai miliaran rupiah.
Surat kabar atau koran
kini mungkin semakin ditinggalkan seiring dengan perkembangan media digital dan
teknologi komunikasi. Namun masih banyak juga orang yang memilih koran sebagai
sarana untuk memperoleh informasi. Koran pertama yang terbit di Indonesia yakni
pada zaman VOC sekitar tahun 1745.
Isi surat kabar pertama
tersebut hanya memuat aneka berita tentang kapal dagang VOC, mutasi pejabat,
berita pernikahan, kelahiran dan kematian. Pembacanya pun masih terbatas warga
Belanda sendiri. Nama surat kabar tersebut adalah Bataviase Nouvelles en
Politique Raisonnementen tahun 1744-1766. Koran tersebut kemudian ditutup
karena merugikan VOC itu sendiri karena murni digunakan oleh warga Indonesia
sebagai kritik warga Indonesia tentang pemerintahan di Batavia dan perbudakan.
Koran berikutnya muncul
tahun 1795 bernama Al Juab dengan tulisan Arab dan Bahasa Melayu. Tidak terlalu
lama bertahan, koran ini mati pada tahun 1801. Tahun 1824, terbitlah sebuah
surat kabar berbahasa Melayu bernama Bianglala yang diterbitkan oleh Oglive
& Co. Selama perkembangannya selama 60 tahun, Bianglala berganti nama
menjadi Bintang Johar.
Daendels melakukan
perombakan di segala bidang selama masa pemerintahannya berlangsung.
Keinginannya untuk memberitahu pengaturan resmi dan peraturan pemerintah
membuat Daendels menerbitkan surat kabar kedua Hindia Belanda bernama
Bataviasche Courant pada 5 Januari 1819. Selama perkembangannya Bataviasche
Courant, berganti nama menjadi Jasvache Courant di tahun 1829. Koran tersebut
terus dicetak sampai masa perang dunia ke-2 berakhir.
Kemunculan kemudian
baik berbahasa Melayu dan berbahasa Belanda menjadi bagian dari perjuangan
Indonesia, sampai terbitlah koran nasional pertama bernama Medan Prijaji pada
tahun 1904 sebagai surat kabar utama yang dibaca masyarakat Indonesia saat itu.
Beberapa surat kabar
terkenal juga sempat mengisi harian masyarakat Indonesia, seperti de Sumatera
Post (1899) dan Deli Courant (1885) yang beredar di Sumatera. Beberapa surat
kabar sejak abad ke-19 diterbitkan pula surat kabar yang murni berbahasa
Indonesia. Yang tertua adalah Bromartani (Surakarta, 1862), Retno Dhoemilah (Yogyakarta,
1895), Bintang Djohar (Batavia, 1873), dan lain-lain.
Mulai abad ke-20, surat
kabar di Indonesia sudah meningkat secara teratur. Sampai dewasa ini, surat
kabar seperti Kompas, Sindo, dan Jawa Pos sudah sering menjadi menu informasi
yang digunakan masyarakat. Meskipun didalam perkembangan media digital,
koran mulai tidak dibutuhkan secara fisik. Kenyataannya, informasi yang
diberikan sudah beralih ke ranah elektronik.
Contohnya adalah kompas.com bisa dilihat dibawah
merupakan edisi digital dari koran fisiknya
Edisi online terlihat berbeda dari edisi cetaknya
karena koran online tidak memiliki nomer halaman, tidak dibagi dalam
kolom-kolom, tidak ada batasan atas atau bawahnya, teksnya menggunakan bentuk
huruf berbeda dan iklan yang dimuatpun berbeda dari versi cetak, sehingga pada
zaman sekarang edisi online lebih diminati daripada edisi cetak. Selain karena
praktis, juga karena lebih menarik untuk dilihat dengan konten gambar dan video
yang membuat berita semakin jelas.
Berbeda dari itu, versi digital memberikan konten
yang sama persis dengan versi cetaknya namun dalam bentuk yang bisa dibaca pada
layar komputer.
Meski demikian, terdapat juga beberapa kekurangan.
Pelanggan membutuhkan modem atau saluran DSL untuk hasil unduhan terbaik. Tidak
seperti koran online yang selalu membaharui beritanya secara berkala, edisi
digital hanya terbit sehari satu kali yang menyebabkan berita yang disampaikan
bisa jadi sudah terlewat beberapa jam sebelumnya.
Wall Street Journal
memberi penawaran untuk berlangganan langsung ke ponsel. USA Today mengirimkan
berita terbaru setiap 15 menit pada100.000 pelanggan. Koran-koran ini biasanya
dikirim bersamaan dengan tautan video.
Mendekati masa yang
akan datang, Koran bisa saja akan dikirimkan ke tablet PC. Pada tablet PC akan
ditampilkan teks dan grafik dan bisa memutar musik, video, dan keduanya.
Potensi iklan dan pemasaaran meningkat pesat karena iklan langsung dikirim via
ponsel yang langsung menjangkau orang secara personal.
Keseharian orang-orang
semakin mengarah ke teknologi digital yang mengedepankan kepraktisan,
kecepatan, dan kemudahan bagi para penggunanya. Sadar atau tidak, teknologi
digital perlahan menyingkirkan satu persatu segala benda yang tradisional dan
dianggap primitif. Surat kabar atau yang lebih sering kita sebut dengan koran
merupakan hasil dari teknologi tetapi dianggap tradisional di zaman yang serba
digital ini.
Media cetak pernah menduduki peringkat ketiga
sebagai media yang paling banyak dan paling sering dikonsumsi pada tahun 2010
setelah televisi dan radio. Koran yang memiliki ukuran kertas yang cukup besar
itu memang terlihat begitu menyulitkan pembaca, tetapi dibalik itu terdapat
berbagai informasi yang begitu banyak dan lengkap, dan dapat bermanfaat bagi
pembaca baik dari general knowledge, information update, hingga
menjadi sarana penghilang penat atau sarana hiburan.
Secara global, kini 1,9
milyar penduduk dunia memilih untuk membaca surat kabar cetak setiap hari atau
34 % dari populasi dunia sedangkan 24 % memilih untuk mendapatkan informasi
dari Internet. Menurut survei yang dilakukan oleh WANIFRA, sirkulasi media
cetak seluruh dunia masih tumbuh sebesar 1,3 persen di tahun 2008 dan 9 % dalam
kurun waktu 5 tahun. Namun pertumbuhan ini terjadi hanya di negara-negara
berkembang sehingga mampu menutupi penurunan yang terjadi di negara maju. Hal
yang sama terjadi di Indonesia, dimana sirkulasi surat kabar masih tumbuh di
daerah dimana akses Internet masih tertinggal sedangkan di kota-kota besar,
sirkulasi surat kabar cetak stagnan bahkan cenderung turun.
Penurunan sirkulasi
surat kabar diperparah dengan munculnya generasi muda yang lahir pada kurun
waktu 90 an. Mereka disebut sebagai digital native, yaitu generasi yang lahir
dan besar dengan dikelilingi dan menggunakan berbagai perangkat digital seperti
komputer, telepon selular, musik digital (Ipod), kamera digital, selain
Internet yang sudah meluas. Perangkat digital itulah yang kini menjadi alat
utama dalam menelusuri informasi, berkomunikasi dan hiburan. Mereka sudah
jarang mendapatkan informasi dari media cetak sehingga banyak surat kabar
berpotensi kehilangan para pembaca mudanya.
Penurunan jumlah
pembaca secara langsung akan berpengaruh pada jumlah sirkulasi dan akan diikuti
oleh penurunan pendapatan iklan meskipun pendapatan dari media cetak masih jauh
lebih besar daripada pendapatan dari media digital khususnya Internet.
Pendapatan iklan untuk media cetak seluruh dunia 182 milyar dolar sedangkan
pendapatan dari digital hanya 6 milyar dolar.
MARS Indonesia melakukan survei terbaru tentang
“Perilaku Belanja Konsumen Indonesia 2009”, termasuk di dalamnya perilaku
belanja media, di delapan kota (Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Makassar,
Medan, Balikpapan, Palembang) dengan jumlah responden sebanyak 5.476 orang.
Dari hasil survei tersebut terungkap, bahwa market
share koran memang tergerus cukup dalam, sehingga secara total konsumennya
kini tinggal 39,3%. Di antara delapan kota tersebut, konsumen/pembaca koran
tertinggi terjadi di Palembang dengan porsi 51,3%, disusul kemudian Makassar
sebanyak 45,6%, dan Semarang 43,5%. Artinya, di tiga kota tersebut minat baca
koran dari warganya masih cukup tinggi. Pada tahun 2009.
Awal Juli 2017 ini, biro daerah Koran Sindo ditutup
setelah 11 tahun beroperasi per 29 Juni 2016. Terasa lebih mendung karena
terjadi pada grup media besar dengan pengalaman bisnis media karatan plus
pemilik modalnya kakap. Gelayut juga lebih berasa karena hal tersebut
menggenapi sejumlah penutupan total atau parsial sejumlah media cetak nasional
maupun regional dari grup besar lainnya dalam dua tahun terakhir.
Contohnya edisi hari minggu Galamedia (koran
regional grup Pikiran Rakyat), edisi hari minggu Koran Tempo (koran Tempo
Media Group), Sinar Harapan, Jakarta Globe, Harian Bola, hingga
majalah remaja legendaris dari grup sekaliber Kompas Gramedia Group (KKG) per 1
Juni 2017 lalu, HAI.
KKG, bahkan, pada Desember 2016 lebih dulu menutup
edisi cetak delapan produknya (Kawanku, Sinyal, Chip, Chip
Foto Video, What Hi Fi, Auto Expert, Car and Turning Guide,
dan Motor) dikonvergensikan ke dalam cewekbanget.id dan grid.co.id.
Jadi, apakah koran
masih eksis dan dibaca oleh masyarakat dizaman yang akan datang?
sumber
Komentar
Posting Komentar