Makalah prasangka ,diskriminasi dan integrasi masyarakat
Makalah prasangka ,diskriminasi dan integrasi masyarakat
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa lagi Maha
Pemurah, karena berkat kemurahanNya makalah ini bisa dapat saya
selesaikan. Makalah ini disusun agar kita selagi manusia dapat
memperluas wawasan kita tentang Ilmu Sosial Dasar. Khususnya tentang
pembahasan " Makalah prasangka ,diskriminasi dan integrasi
masyarakat ?".
Makalah ini dibuat dalam rangka pembelajaran mata kuliah Ilmu sosial Dasar (softskil).
Pemahaman tentang manusia dan hal – hal yang berkaitan dengannya sangat
diperlukan, dengan suatu harapan suatu masalah dapat di bagi dua jenis
yaitu diselesaikan dan dihindari, dan sekaligus menambah wawasan bagi
kita semua.
Saya selaku Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Bapak Herry
Sussanto selaku Dosen Ilmu Sosial Dasar, Universitas Gunadarma.
Makalah ini, tentunya masih jauh dari kesempurnaan, karena penulis juga masih dalam tahap pembelajaran. Oleh karena itu arahan, koreksi dan saran, sangat penulis harapkan. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca.
Terima kasih.
Depok, 3 January 2017
Rafli Nur Ramadhan
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap
ada masalah pasti ada sikap untuk memecahkanya. Itulah kata-kata yang
tidak asing lagi di telinga kita. Tetapi kadang kita tidak mengetahu apa
sebenarnya sikap itu, dan bagai mana kita mengambil sikap dalam setiap
permasalahan. Begitu juga dengan prasangka. Kadang kita kurang memahami
apa yang di maksud dari prasangka itu sendiri. Bahkan kita mengartikan
prasangka itu identik dengan hal-hal yang negativ atau hal jelek saja,
padahal sebenarnya tidak demikian. Maka dari itu dalam makalah ini kami
mau mencoba membahas tentang sikap dan prasangka, untuk menambah wawasan
dan pengetahuan kita.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pembentukan sikap dan prasangka?
2. Apa itu pengertian prasangka, diskriminasi, dan integrasi dalam masyarakat?
3. Apa saja hal hal yang bisa mempengaruhi perubahan sikap?
4. Apa saja sebab-sebab terjadinya prasangka?
5. Bagaimana cara mengurangi dan mengatasi prasangka?
6. Bagaimana cara menghilangkan prasangka?
BAB II
PEMBAHASAN
PRASANGKA. DISKRIMINASI, DAN INTEGRASI MASYARAKAT
A. Sikap dan Prasangka
Prasangka
merupakan sikap sosial, yaitu kecenderungan (yang bersifat perasaan dan
pandangan) untuk berespon (positif/ negatif) terhadap orang, objek,
atau situasi. Dalam sikap terkandung suatu penilaian emosional yang
dapat berupa suka, tidak suka, senang, sedih, cinta, benci, dan
sebagainya. Kaena dalam sikap terdapat suatu kecenderungan berespons,
maka seseorang mempunyai sikap yang umumnya diketahui perilaku atau
tindakan apa yang akan dilakukannya bila bertemu dengan objeknya.
1. Pembentukan sikap
Sikap
merupakan reaksi atao respon seseorang terhadap suatu obyek tertentu
yang mengandung suatu pemikiran baik atau buruk, setuju atautidak setuju karena adanya stimulus dari luar yang mengakibatkan suatu tindakan tertentu.
Sikap terbentuk karena beberapa hal diantaranya adalah;
a. Terbentuk karena factor genetic
Terbentuknya sikap antara individu yang satu dengan yang lain pasti berbeda-beda, ini di sebabkan karena factor genetic dan pola hidup yang berbeda-beda pula.
b. Terbentuk karena adanya pengelaman.
Kerena sikap yang berasal dari pengalaman sehingga sikap di upayakan dengan cara pendidikan , pelatihan, dan sebagainya.
c. Terbentuknya karena norma-norma yang telah di hayati sebelumnya.
d. Terbentuknya karena meniru sikap di pihak lain yang pernah di ketahuinya.
e. Karena adanya interaksi dengan obyek tertentu baik interaksi dalam kelompok maupum dari luar.
2. Fungsi sikap
a. Fungsi instrumental
Dikatakan
demikian karena sikap yang kita pegang mempunyai alas an untuk
mendapatkan suatu manfaat yang semata-mata mengekspresikan keinginan
kita untuk mendapatkan hadiah dan menghindari hukuman.
b. Fungsi nilai ekspresif
Sikap yang mengspresikan atas mencerminkan konsep diri kita terhadap suatu obyek tertentu.
c. Fungsi perubahan ego
Sikap yang berfungsi melindungi kita dari kecemasan atau ancaman bagai harga diri kita.
d. Fungsi penyesuaian social
Dengan sikap tertentu kita dapat menjadi anggota dari suatu komunitas tertentu.
3. Pembentukan Prasangka
Seorang
individu atau kelompak yang mempunyai prasangka terhadap
individu/kelompok lain akan memandang segala fakta yang baik akan menjdi
propaganda.
Terbentuknya prasangka itu
sendiri terbentuk dalam masa perkembangan seseorang bukan di bawa sejak
lahir dan sama halnya dengan sikap. Karna terbentuknya pada masa perkembangan seseorang maka orang tua di anggap guru utama Prasangka pada saat seseorang masih usia dini. Selain itu teman juga seseorang yang mempengarui prasangaka pada saat dalam usia sekolah.dan lingkunngan sekitar menjadi pengaruh prasangka pada usia dewasa dan tua.
Selain itu hal yang dapat mempengarui terbentuknya prasangka pada seseorang adalah sebagai berikut:
a. Perbedaan antar kelompok/ perbedaan antar ras atau etnis.
Prasaangka
yang bersumber dari perbedaan etnis dapat di temukan pada masarakat
heterogen. Yang mempunyai latar kebudayaan yang berbeda-beda. Sedangkan
yang ber sumber dari perbedaan ras dapat di temukan dalam masyarakat
yang multirasial seperti amerika dan negara-negara eropa lainya.
b. Perbedaan idiologi
Ini terjadi pada masarakat di Negara yang memiliki idiologi yang kuat terhadap idiologi lain yang menjadi lawanya.
c. Perbedaan yang bersumber dari kejadian historis.
Contohnya:prasangka
terhadap orang yang berkulit putih terhadap negro di amerika serikat.
Yang berkar dari sejarah pebudakan orang-orang negro pada 300san tahun
yang lalu. Walupun sekarang orang-orang negro sudah bangkit tetapi tetap
saja orang-orang berkulit putih menganggap orangt negro sebagai manusua
pemalas,bvodoh dll.
d. Kesenjangan social kelompok mayoritas tehadap kelompok minoritas.
4. Hal hal yang mempengaruhi perubahan sikap
1. Karateristik sistem sikap
a. Sikap extreme
Yaitu
sikap yang sulit diubah baik dalam perubahan yag kongruen maupun yang
inkongruen. Perubahan kongruen adalah perubahan yang searah yakni
bertambahnya drajat kepositifan atau kenegatifan dari sikap semula.
Sedangkan perubahan inkongruen adalah perubahan sikap kearah yang
berlawanan. Yang semula positif menjadi negative dan sebagainya.
b. Multifleksitas
Yaitu suatu sikap yang mudah diubah secara kongruen tetapi sulit diubah secara inkongruen atau sebaliknya
c. Konsistensi
Yaitu
sikap yang stabil karena adanya komponen yang saling mendukung. Sikap
ini mudah dirubah secara kongruen, sedangkan sikap yang tidak stabil
lebih mudah diubah secara inkongruen.
d. Interconnectedness
Yaitu
keterikatan suatu sikap dengan sikap lain yang saling berhubungan.
Contohnya ketaaatan seseorang terhadap agama yang dianutnya dikaitkan
dengan kencintaan yang begitu mendalam kepada orang tuanya yang telah
meninggal karena agama yang sama. Sikap ini sulit diubah scara
inkongruen.
2. Kepribadian individu
Perubahan sikap seseorang sangat dipengaruhi oleh aspek aspek kepribadian. Adapun aspek aspek kepribadian tersebut adalah:
a. Intelegensi
Tingkat pemahaman seseorang dalam memahami suatu informasi sangat mempengaruhi sikapnya.
b. General persuasibility
Adalah kesiapan seseorang untuk menerima pengaruh social tanpa memandang komunikatornya, topic, media, dan komunikasinya.
c. Self defensiveness
Yaitu kecenderungan seseorang untuk mempertahankan sikapnya demi mempertahankan hargadirinya.
3. Afisiliasi kelompok
Perubahan
sikap seseorang sangat dipengaruhi oleh dukungan kelompok terhadap
dirinya. Seseorang yang telah memegang teguh norma kelompoknya akan
sulit diubah sikapnya secara inkongkruen tetapi lebih mudah dirubah
secara kongruen dengan cara diberi arahan dan pengetahuan atau
pengalaman oleh kelompoknya
5. Komponen Sikap
a. Komponen
kognitif: proses evaluatif (membandingkan, menganalisis,mendayagunakan
pengetahuan yang ada untuk memberikan sesuaturangsang) perubahan pada
ranah ini akan mempengeruhi sikap
b. Komponen Afektif: perasaan senang, tidak senang dan perasaanemosional lain sebagai akibat dari proses evaluatif yang dilakukan
c. Komponen
Perilaku: sikap selalu diikuti dengan kecenderungan untukberpoila
perilaku tertentu (disonansi sikap: ketidakcocokan perilaku seseorang dengan sikapnya
B. Kategorisasi dan Stereotipe
Kategorisasi adalah proses pengambilan keputusan dengan jalan mengelompokkan benda ke dalam kelompok tertentu. Kategorisasi
pada dasarnya merupakan proses kognitif yang netral; artinya,
menetapkan benda dalam kategori tertentu; individu tidak ikut menilai.
Kalaupun memberikan penilaian, baik langsung maupun tidak langsung
melalui proses pelaziman (conditioning), kemungkinan besar gagasan atau
gambaran negative akan melekat atau menetap pada orang tersebut.
Stereotipe
adalah tanggapan atau gambaran tertentu mengenai sifat-sifat dan watak
pribadi orang/ golongan lain yang bercorak negatif akibat tidak
lengkapnya informasi dan sifatnya yang subjektif.
Kesulitan
komunikasi akan muncul dari penstereotipan (stereotyping), yakni
menggeneralisasikan orang-orang berdasarkan sedikit informasi dan
membentuk asumsi orang-orang berdasarkan keanggotaan mereka dalam suatu
kelompok. Dengan kata lain, penstereotipan adalah proses menempatkan
orang-orang ke dalam kategori-kategori yang mapan, atau penilaian
mengenai orang-orang atau objek-objek berdasarkan kategori-kategori yang
sesuai, ketimbang berdasarkan karakteristik individual mereka. Banyak
definisi stereotype yang dikemukakan oleh para ahli, kalau boleh
disimpulkan, stereotip adalah kategorisasi atas suatu kelompok secara
serampangan dengan mengabaikan perbedaan-perbedaan individual.
Kelimpik-kelompok ini mencakup : kelompok ras, kelompok etnik, kaum tua,
berbagai pekerjaan profesi, atau orang dengan penampilan fisik
tertentu. Stereotip tidak memandang individu-individu dalam kelompok
tersebut sebagai orang atau individu yang unik.
Contoh stereotip :
Ø Laki-laki berpikir logis
Ø Wanita bersikap mental
Ø Orang berkaca mata minus jenius
Ø Orang batak kasar
Ø Orang padang pelit
Ø Orang jawa halus-pembawaan
Faktor-faktor yang menyebabkan adanya stereotip antara lain:
1. Sebagai
manusia kita cenderung membagi dunia ini ke dalam dua kategori : kita
dan mereka. Karena kita kekurangan informasi mengenai mereka, kita
cenderung menyamaratakan mereka semua, dan mengangap mereka sebagai
homogen.
2. Stereotip
tampaknya bersumber dari kecenderungan kita untuk melakukan kerja
kognitif sedikit mungkin dalam berpikir mengenai orang lain. Dengan kata
lain, stereotip menyebabkan persepsi selektif tentang orang-orang dan
segala sesuatu disekitar kita.
Stereotip
dapat membuat informasi yang kita terima tidak akurat. Pada umumnya,
stereotip bersifat negative. Stereotip tidak berbahaya sejauh kita
simpan di kepala kita, namun akan bahaya bila diaktifkan dalam hubungan
manusia. Stereotip dapat menghambat atau mengganggu komunikasi itu
sendiri. Contoh dalam konteks komunikasi lintas budaya misalnya, kita
melakukan persepsi stereotip terhadap orang padang bahwa orang padang
itu pelit. Lewat stereotip itu, kita memperlakukan semua orang padang
sebagai orang yang pelit tanpa memandang pribadi atau keunikan
masing-masing individu. Orang padang yang kita perlakukan sebagai orang
yang pelit mungkin akan tersinggung dan memungkinkan munculnya konflik.
Atau misal stereotip terhadap orang batak bahwa mereka itu kasar. Dengan
adanya persepsi itu, kita yang tidak suka terhadap orang yang kasar
selalu berusaha menghindari komunikasi dengan orang batak sehingga
komunikasi dengan orang batak tidak dapat berlangsung lancar dan
efektif. Stereotip terhadap orang afrika-negro yang negatif menyebabkan
mereka terbiasa diperlakukan sebagai kriminal. Contohnya, di Amerika
bila seseorang (kulit putih) kebetulan berada satu tempat/ruang dengan
orang negro mereka akan , secara refleks, melindungi tas atau barang
mereka, karena menggangap orang negro tersebut adalah seorang pencuri.
Namun, belakangan, stereotip terhadap orang negro sudah mulai berkurang
terleih sejak presiden amerika saat ini juga keturunan negro. Orang
Indonesia sendiri di mata dunia juga sering distereotipkan sebagai
orang-orang ’anarkis’ , ’bodoh’, konservatif-primitif, dll.
C. Prasangka dan Diskriminasi
Prasangka
adalah pengambilan keputusan tanpa penelitian dan pertimbangan yang
cermat, tergesa-gesa atau tidak matang karena kurangnya pengetahuan,
pengertian, dan fakta kehidupan yang menunjukkan pada sikap
ketidakadilan.
Diskriminasi adalah perlakuan yagn sifatnya membeda-bedakan antara sesame warga Negara karena pengaruh keturunan, suku, warna kulit dan agama
D. Sebab-sebab Terjadinya Prasangka
Prasangka
merupakan salah satu fenomena yang hanya bisa ditemui dalam kehidupan
sosial. Munculnya prasangka merupakan akibat dari adanya kontak-kontak
sosial antara berbagai individu di dalam masyarakat. Seseorang tidak
mungkin berprasangka bila tidak pernah mengalami kontak sosial dengan
individu lain. Akan tetapi prasangka tidak semata-mata dimunculkan oleh
faktor sosial. Faktor kepribadian turut berperan dalam menciptakan
apakah seseorang mudah berprasangka atau tidak. Walaupun faktor sosial
sangat menunjang untuk menciptakan prasangka, belum tentu seseorang akan
berprasangka karena masih tergantung pada tipe kepribadian yang
dimiliki, apakah ia memiliki tipe kepribadian berkecenderungan
berprasangka atau tidak. Lalu manakah yang lebih penting faktor sosial
atau faktor kepribadian dalam menciptakan prasangka? Jawabannya bisa
keduanya sama penting atau bisa salah satu lebih penting. Apabila
tekanan dalam melihat prasangka adalah konteks sosialnya, tentu saja
faktor sosial merupakan faktor terpenting. Sedangkan bila konteks
individu yang ditekankan, maka faktor individual bisa jadi dinilai lebih
penting.
Ada lima pendekatan dalam menentukan sebab terjadinya prasangka, yaitu sebagai berikut.
a. Pendekatan Historis
Didasarkan
atas teori Pertentangan Kelas yaitu menyalahkan kelas rendah yang
imperior, dimana mereka yang tergolong dalam kelas atas mempunyai alasan
untuk berprasangka terhadap kelas rendah).
b. Pendekatan Sosiokultural dan Situasional
Meliputi mobilitas sosial, konflik antar kelompok, stigma perkantoran dan sosialisasi.
c. Pendekatan Kepribadian
Teori ini menekankan kepada faktor kepriadian sebagai penyebab prasangka (Teori Frustasi Agresi).
d. Pendekatan Fenomenologis
Ditekankan bagaimana individu memandang/mempersepsikan lingkungannya, sehingga persepsilah yang menyebabkan prasangka.
e. Pendekatan Naïve
Menyatakan bahwa prasangka lebih menyoroti objek prasangka dan tidak menyoroti individu yang berprasangka.
E. Mengatasi dan Mengurangi Prasangka
Usaha untuk mengatasi dan mengurangi prasangka yaitu sebagai berikut:
1. Perbaikan kondisi sosial ekonomi
2. Melalui pendidikan anak
3. Mengadakan kontak di antara dua kelompok yang berprasangka
4. Permainan peran
5. Perluasan kesempatan belajar
6. Sikap terbuka dan sikap lapang
7. Memutuskan
siklus prasangka: belajar tidak membenci karena dapat membahayakan diri
sendiri dan orang lain. Dengan cara mencegah orang tua dan orang dewasa
lainnya untuk melatih anak menjadi fanatic.
8. Berinteraksi langsung dengan kelompok berbeda:
i) contact hypothesis—pandangan
bahwa peningkatan kontak antara anggota dari berbagai kelompok sosial
dapat efektif mengurangi prasangka diantara mereka. Usaha-usaha tersebut
tampaknya berhasil hanya ketika kontak tersebut terjadi di bawah
kondisi-kondisi tertentu.
ii) extended contact hypothesis—sebuah
pandangan yang menyatakan bahwa hanya dengan mengetahui bahwa anggota
kelompoknya sendiri telah membentuk persahabatan dengan anggota kelompokout-group dapat mengurangi prasangka terhadap kelompok tersebut.
9. Kategorisasi
ulang batas antara “kita” dan “mereka” hasil dari kategorisasi ulang
ini, orang yang sebelumnya dipandang sebagai anggota out-group sekarang dapat dipandang sebagai bagian dari in-group.
10. Intervensi
kognitif: memotivasi orang lain untuk tidak berprasangka, pelatihan
(belajar untuk mengatakan “tidak” pada stereotype).
11. Pengaruh social untuk mengurangi prasangka.
F. Prasangka dan Integrasi Masyarakat
Integrasi adalah kerja sama dari seluruh anggota masyarakat secara keseluruhan, mulai dari individu, keluarga, lembaga-lembaga dan masyarakat secara keseluruhan sehingga menghasilkan persenyawaan-persenyawaan berupa adanya konsensus nilai-nilai yang sama-sama dijunjung tinggi.
Bentuk-bentuk akomodatif yang dapat mengurangi konflik sebagai akibat dari prasangka, meliputi empat dasar sistem, yaitu:
a. Sistem budaya, seperti nilai-nilai Pancasila dan UUD 1994
b. Sistem sosial, seperti kolektif-kolektif sosial dalam segala bidang
c. Sistem
kepribadian, terwujud sebagai pola-pola penglihatan (persepsi),
perasaan, pola-pola penilaian yang dianggap pola-pola keindonesian
d. Sistem organik jasmaniah, di mana nasion tidak didasarkan atas persamaan ras.
Dalam hal ini terjadi kerja sama, akomodasi, asimilasi dan berkuranmgnya sikap- sikap
prasangka di antara anggota msyarakat secara keseluruhan. Integrasi
masyarakat akan terwujud apabila mampu mengendalikan prasangka yang ada
di dalam masyarakat, sehingga tidak terjadi konflik, dominasi,
mengdeskriditkan pihak-pihak lainnya dan tidak banyak sistem yang tidak
saling melengkapi dan tumbuh integrasi tanpa paksaan. Oleh karena itu
untuk mewujudkan integrasi bangsa pada bangsa yang majemuk dilakukan
dengan mengatasi atau mengurangi prasangka.
Menurut
pandangan para penganut fungsionalisme integrasi sosial dalam
masyarakat senantiasa terkait dengan dua landasan berikut :
- Suatu
masyarakat senantiasa terintegrasi di atas tumbuhnya konsensus
(kesepakatan) di antara sebagian besar anggota masyarakat tentang
nilai-nilai kemasyarakatan yang bersifat fundamental (mendasar)
- Masyarakat
terintegrasi karena berbagai anggota masyarakat sekaligus menjadi
anggota dari berbagai kesatuan sosial (cross-cutting affiliation).
Setiap konflik yang terjadi di antara kesatuan sosial dengan kesatuan
sosial lainnya akan segera dinetralkan oleh adanya loyalitas ganda
(cross-cutting loyalities) dari anggota masyarakat terhadap berbagai
kesatuan sosial.
Sehingga
definisi dari integrasi sosial dalam masyarakat dapat diartikan sebagai
kerjasama dari seluruh anggota masyarakat, mulai dari individu,
keluarga, lembaga-lembaga dan masyarakat secara keseluruhan. Sehingga
menghasilkan persenyawaan-persenyawaan, berupa adanya konsensus
nilai-nilai yang sama dijunjung tinggi. Dalam hal ini terjadi kerja
sama, akomodasi, asimilasi dan berkuranmgnya sikap-sikap prasangka di
antara anggota msyarakat secara keseluruhan.
Integrasi
masyarakat akan terwujud apabila mampu mengendalikan prasangka yang ada
di dalam masyarakat, sehingga tidak terjadi konflik, dominasi,
mengdeskriditkan pihak-pihak lainnya dan tidak banyak sistem yang tidak
saling melengkapi dan tumbuh integrasi tanpa paksaan.
Integrasi
sosial dalam masyarakat dapat dicapai apabila unsur-unsur sosial saling
berinteraksi.Selain itu norma-norma sosial dan adat istiadat yang baik
turut menjadi penunjang untuk mencapai integrasi sosial tersebut. Hal
ini dikarenakan norma-norma sosial dan adat istiadat merupakan unsur
yang mengatur perilaku dengan mengadakan tuntutan mengenai bagaimana
orang harus bertingkah laku.
Namun
demikian tercapainya integrasi sosial dalam masyarakat memerlukan
pengorbananm, baik pengorbanan perasaan, maupun pengrobanan materil.
Dasar dari pengorbanan adalah langkah penyesuaian antara perbedaan
perasaan, keinginan, ukuran dan penilaian di dalam masyarakat tersebut.
Maka dari itu norma sosial sebagai acuan bertindak dan berprilaku dalam
masyarakat akan memberikan pedoman untuk seorang bagaimana
bersosialisasi dalam masyarakat.
Adapun
faktor - faktor internal dan eksternal yang dapat mempengaruhi
integrasi sosial dalam masyarakat, antara lain sebagai berikut:
-Faktor internal: kesadaran diri sebagai makhluk sosial, tuntutan kebutuhan, dan semangat gotong royong.
-Faktor eksternal: tuntutan
perkembangan zaman, persamaan kebudayaan, terbukanya kesempatan
berpartisipasi dalam kehidupan bersama, persaman visi, misi, dan tujuan,
sikap toleransi, adanya kosensus nilai, dan adanya tantangan dari luar
BAB III
KESIMPULAN
Prasangka
merupakan sikap sosial, yaitu kecenderungan (yang bersifat perasaan dan
pandangan) untuk berespon (positif/negatif) terhadap orang, objek, atau
situasi. Dalam sikap terkandung suatu penilaian emosional yang dapat
berupa suka, tidak suka, senang, sedih, cinta, benci, dan sebagainya.Seorang
individu atau kelompak yang mempunyai prasangka terhadap
individu/kelompok lain akan memandang segala fakta yang baik akan menjdi
propaganda.
Sikap
merupakan reaksi atao respon seseorang terhadap suatu obyek tertentu
yang mengandung suatu pemikiran baik atau buruk, setuju atau tidak setuju karena adanya stimulus dari luar yang mengakibatkan suatu tindakan tertentu.
Terbentuknya prasangka itu
sendiri terbentuk dalam masa perkembangan seseorang bukan di bawa sejak
lahir dan sama halnya dengan sikap. Karna terbentuknya pada masa perkembangan seseorang maka orang tua di anggap guru utama Prasangka pada saat seseorang masih usia dini. Selain itu teman juga seseorang yang mempengarui prasangaka pada saat dalam usia sekolah.dan lingkunngan sekitar menjadi pengaruh prasangka pada usia dewasa dan tua.
Kategorisasi adalah proses pengambilan keputusan dengan jalan mengelompokkan benda ke dalam kelompok tertentu. Kategorisasi
pada dasarnya merupakan proses kognitif yang netral; artinya,
menetapkan benda dalam kategori tertentu; individu tidak ikut menilai.
Kalaupun memberikan penilaian, baik langsung maupun tidak langsung
melalui proses pelaziman (conditioning), kemungkinan besar gagasan atau
gambaran negative akan melekat atau menetap pada orang tersebut.
Stereotipe
adalah tanggapan atau gambaran tertentu mengenai sifat-sifat dan watak
pribadi orang/ golongan lain yang bercorak negatif akibat tidak
lengkapnya informasi dan sifatnya yang subjektif.
Diskriminasi adalah perlakuan yagn sifatnya membeda-bedakan antara sesame warga Negara karena pengaruh keturunan, suku, warna kulit dan agama
Integrasi adalah kerja sama dari seluruh anggota masyarakat secara keseluruhan, mulai dari individu, keluarga, lembaga-lembaga dan masyarakat secara keseluruhan sehingga menghasilkan persenyawaan-persenyawaan berupa adanya konsensus nilai-nilai yang sama-sama dijunjung tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
www.edukasi.kompasiana.com
www.riyan-adiyasa.blogspot.com/2011/12/sikap-dan-prasangka.html
www.100jutasebulan.com/definisi/10346-Definisi-Stereotipe.html
www.isramrasal.wordpress.com
www.smartpsikologi.blogspot.com
www.annisaavianti.wordpress.com
www.mustainronggolawe.wordpress.com
Komentar
Posting Komentar